
SUKA DAN DUKA DALAM PERSAHABATAN ITU
Betapa enaknya bila seseorang peduli terhadap kita, selalu berpendapat
atas apa yang kita lakukan. Begitupun yang dialami Melly, seorang siswi SMA yang mempunyai teman laki-laki bernama Ata yang ia anggap sebagai seorang kakak.
atas apa yang kita lakukan. Begitupun yang dialami Melly, seorang siswi SMA yang mempunyai teman laki-laki bernama Ata yang ia anggap sebagai seorang kakak.
Pada awalnya hubungan kakak-adik ini tidak begitu lancar, seringkali Melly tidak dianggap dan dibuat kesal oleh Ata, tapi entah kenapa Melly tetap bersikeras hubungan ini harus tetap berlanjut.
Hari demi hari komunikasi terus berlanjut. Suatu hari Melly meng-sms Ata hanya sekedar ingin mengobrol atau semancam itulah niat Melly, 5 menit, 10 menit dan setengah jam tak ada balasan dari Ata.
“Ata kemana sih? Sms aku kok gak dibales?” katanya dalam hati dengan sangat kesal. Kejadian seperti ini terus saja terulang dan terulang.
“Apa aku lanjutkan saja hubungan ini? Aku merasa ini semua tidak ada arti lebih untukku” Gumamnya.
Tapi entah mengapa hati kecil Melly bisa menenangkannya dan menyuruhnya untuk tetap bersabar menghadapi ini semua.
Pagi ini Melly berangkat ke sekolah dengan wajah yang tak bersemangat, tak ada senyum terhias di bibirnya. Jumpalah ia dengan sahabatnya yang bernama Riri.
“Kenapa Mel muka kamu kucel banget?” tanya Riri.
“Ah, kamu ini. Aku lagi gak semangat.” jawabnya dengan lemas.
“Kenapa lagi? karena Ata ya?” tanya Riri kembali.
Melly memang selalu bercerita apapun pada sahabatnya ini.
“Iya gitu deh….” ujarnya, dengan muka sedih.
“Tiap kamu pikir tentang kelanjutan hubungan ini, kesimpulan apa yang kamu dapat ?” tanya Riri agar Melly curhat kepadanya.
“Tetap sama Ri, selalu malah hati kecil aku selalu bilang Sabar Mel, Sabar” jawabnya.
“Hmm, ya sudah kalo memang begitu, kamu ikuti apa kata hati kecilmu itu. ”Kata Riri, berusaha meyakini sahabatnya itu.
Melly pun hanya mengangguk. Mereka pergi ke kelas setelah bunyi bel berdering keras. Sedangkan di lain tempat, Ata merasa sedikit enggan dengan hubungannya dengan Melly. Ia belum terbiasa akrab dan berbagi dengan perempuan bahkan dengan Ibunya sekalipun. Sama halnya dengan Melly, Ata pun tak bersemangat hari ini, ia pergi bermain untuk melupakan sejenak kebimbangannya. Ia menghampiri temannya yang bernama Kiki yang sedang duduk di kursi bambu tidak jauh dari rumah Ata.
“Hai Ki, lagi apa? Kamu terlihat sangat sedih?” tanya Ata menghampiri Kiki.
“Ini, ada yang menganggu pikiranku.” jawab Kiki.
“Ada apa? Ceritakan saja padaku, siapa tahu aku dapat membantumu.” Tanya Ata.
“Jadi gini, dulu aku bersahabat dengan seorang perempuan bernama Novi. Aku menikmati persahabatan ini, dia seperti kakak yang selalu nasehatin aku, tapi kadang dia seperti seorang adik yang sangat manja pada kakaknya. Entah sudah berapa lama kami bersahabat. Suatu hari, aku mengecewakannya dan ia bilang, ‘cukup, aku sudah gak tahan selalu kecewa karena kamu. Mulai sekarang lakukan apa saja yang kamu mau dan jangan libatkan aku.’ Kalimat itu selalu terngiang di telingaku jika aku melihatnya atau mengenangnya. Sekarang dia seakan tidak mengenalku ‘sahabatnya ini’. Ah ‘penyesalan memang selalu datang di akhir dan kadang terlambat untuk merubah semua itu’. Oh iya Ta, semenjak aku cerita kamu diam saja ada apa?” tanya Kiki karena melihat Ata hanya diam saja.
Ata sedang merenungi sikapnya pada Melly, ia tak ingin pengalaman yang dialami Kiki teralami juga olehnya. Ata pun seolah berada dalam dunianya sendiri dan tak menghiraukan panggilan temannya itu.
“ATA!!” teriak kiki mengagetkan Ata.
“Ada apa? Membuat orang kaget saja.” Ata terkaget.
“Habis kamu seperti orang tuli saja dipanggil t idak menyahut ada apa sebenarnya?” tanya Kiki kembali.
“Apa? Tidak ada apa-apa, aku pulang duluan ya, nanti kita bertemu lagi!” Ata pun pergi meninggalkan Kiki yang heran akan sikap Ata.
Sesampainya di rumah, ia berlari menuju kamar dan menyambar hp-nya.
“Ah tak ada sms dari Melly, apa mungkin ia marah?” pikirnya dalam hati.
Tanpa pikir panjang ia meng-sms Melly. Suara kicauan burung pun terdengar pertanda ada sms. Begitu Melly membuka sms-nya muncul pertanyaan besar.
“Kenapa Ata sms duluan tumben banget.” sambil membaca sms dari Ata.
Melly pun langsung membalas pesan singkat Ata.
Bip..Bip....
Bip..Bip....
Hp Ata bergetar, terlukis seulas senyum di wajahnya. Usaha Ata menghindari kejadian yang dialami Kiki berhasil, Melly masih menerimanya sebagai sahabat. Mereka pun semakin dekat walau terkadang muncul perselisihan karena sikap kurang dewasa keduanya.
Suatu hari, Ata bercerita bahwa ia menyukai teman sekelasnya yang bernama Dini. Melly pun berargumen bahwa Ata hanya simpatik dan tanpa hati menyukai Dini. Tapi sebenarnya ia khawatir akan kehadiran Dini yang akan mengalihkan perhatian Ata pada dirinya, perselisihan pendapat pun berlangsung sampai akhirnya Ata berkata kasar.
“kamu belum kenal aku tapi kenapa kamu sudah bisa meyimpulkan itu semua?” kata Ata kasar.
Betapa sakitnya hati Melly mendengar itu semua, ia menangis di sudut kamar.
“Lalu selama ini aku dianggap sebagai apa?” gumamnya.
Hubungan Melly dan Ata pun merenggang. Tak ada sapa dan sms Melly untuk Ata. Sampai akhirnya Ata tidak tahan dengan sikap Melly dan mengajak Melly untuk bicara.
“Kenapa kamu bersikap seperti ini? Mengenai argumen kamu tentang rasa suka aku ke Dini? Itu salah.” Tanya Ata.
“Ok , argumen aku salah, lupakan! Anggap aku tak pernah bicara apapun tentang itu semua!” kata Melly, dengan mata berkaca – kaca.
“Astaga, bukan itu maksudnya. Kamu salah paham, omongan kamu tadi menyinggung hati aku Mel.” kata Ata menjelaskan.
“Kamu pikir aku tidak tersinggung? Kamu berkata bahwa aku belum kenal kamu, lalu selama ini aku siapa buat kamu? Orang lain?” katanya dengan sangat kecewa.
“Kamu sahabat aku Mel, dan kamu juga adik aku. Ok, aku minta maaf tapi Argumen kamu bikin pikiran aku kacau.” Kata Ata sangat menyesal.
“Kamu tahu? Setiap kamu kecewain aku, aku selalu berpikir untuk menjadi temanmu saja tapi hati aku bilang ‘Tetap sabar’ aku juga tidak mengerti akan keputusan hati aku.” sahut Melly menjelaskan kekesalannya.
“Maaf Mel atas semua sikap aku tapi tolong kamu tetap jadi sahabat aku.” kata Ata meminta maaf.
Melly menghela nafas.
“Aku juga minta maaf sudah berpendapat tidak wajar dan sikap tidak dewasaku, tapi kamu harus berjanji jangan lupakan aku jika kamu sudah berhasil deketin Dini. Janji?” kata Melly sambil tersenyum.
“Hahaha. Ternyata kamu khawatir. Tenang saja masa adik dan sahabat sendiri dilupakan, mungkin saja Dini tidak merimaku. Tapi kamu, masih menerimaku. Kurang bersyukur aku kalau sampai melupakanmu. Iya, aku berjanji.” Tutur Ata.
Melly pun tersenyum mendengar penuturan Ata.
Persahabatan tak selamanya berjalan atas apa yang kita kehendaki, ada suka dan ada duka. Semua tergantung sikap kita untuk menghadapinya. Setelah kesalahpahaman itu berakhir, Ata dan Melly pun semakin dekat dan mencoba untuk lebih saling mengerti.
-END-





0 comments:
Posting Komentar