KASIH SAYANG ITU
Aku mempunyai sahabat, ia bernama Riry. Ia anak yang baik, dan pengertian kepada teman.
Tapi, ayah dan ibunya, kurang memperhatikan Riry. Setiap hari, Riry hampir tidak pernah bertemu, dengan ibu dan ayahnya.Riry bingung, sesibuk apa ayah dan ibunya, sehingga
ia tidak diperhatikan.
Waktu demi waktu pun berlalu. Para guru di sekolah ku, mengadakan rapat orangtua. Entah apa yang akan dibicarakan guru-guru kepada orangtua kami.
"Mel, aku takut orangtuaku tidak bisa datang!" ujarnya, dengan muka sedih.
"Tidak ri, orangtuamu, pasti akan datang." kataku, berusaha meyakinkan Riry.
"Tidak mungkin Mel, mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mana mungkin, rapat nanti, ibu atau ayahku akan datang." katanya.
Aku hanya bisa diam, karena aku tak tau harus berbuat apalagi. Sebenarnya, aku juga meragukan hal itu. Apakah mungkin, ayah atau ibu Riry bisa datang?
Pertanyaan itu, slalu datang padaku. Huh.. Sudahlah, tak usah difikirkan lagi.
Bel sekolah pun berbunyi, tanda pulang. Kali ini, aku tidak bisa pulang bareng sama Riry. Aku diajak orangtua ku pergi ke rumah saudaraku. Dari kejauhan, ku lihat Riry jalan sendirian. Aku kasihan melihatnya. Mengapa anak baik, cantik seperti dia kurang perhatian orangtua? Dia sangat butuh kasih sayang dari orangtua. Tapi, Riry tetap sayang kepada ibu dan ayah nya. Riry pernah berkata, "seorang anak, tidak boleh menyimpan dendam, kepada orangtuanya. Sejahat apapun orangtua itu, kita tidak boleh membencinya!" Setiap mendengar perkataan itu, aku hampir menangis. Riry adalah teman terbaik yang pernah aku temui, di dunia ini.
Waktu demi waktu pun berlalu. Para guru di sekolah ku, mengadakan rapat orangtua. Entah apa yang akan dibicarakan guru-guru kepada orangtua kami.
"Mel, aku takut orangtuaku tidak bisa datang!" ujarnya, dengan muka sedih.
"Tidak ri, orangtuamu, pasti akan datang." kataku, berusaha meyakinkan Riry.
"Tidak mungkin Mel, mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mana mungkin, rapat nanti, ibu atau ayahku akan datang." katanya.
Aku hanya bisa diam, karena aku tak tau harus berbuat apalagi. Sebenarnya, aku juga meragukan hal itu. Apakah mungkin, ayah atau ibu Riry bisa datang?
Pertanyaan itu, slalu datang padaku. Huh.. Sudahlah, tak usah difikirkan lagi.
Bel sekolah pun berbunyi, tanda pulang. Kali ini, aku tidak bisa pulang bareng sama Riry. Aku diajak orangtua ku pergi ke rumah saudaraku. Dari kejauhan, ku lihat Riry jalan sendirian. Aku kasihan melihatnya. Mengapa anak baik, cantik seperti dia kurang perhatian orangtua? Dia sangat butuh kasih sayang dari orangtua. Tapi, Riry tetap sayang kepada ibu dan ayah nya. Riry pernah berkata, "seorang anak, tidak boleh menyimpan dendam, kepada orangtuanya. Sejahat apapun orangtua itu, kita tidak boleh membencinya!" Setiap mendengar perkataan itu, aku hampir menangis. Riry adalah teman terbaik yang pernah aku temui, di dunia ini.
*****
Pagi ini, aku pergi sekolah dengan orangtuaku. Karena, hari ini rapatnya. Aku pergi bersama ibu ku. Ya, ibu yang datang dalam rapat ini. Selang beberapa menit, aku dan ibu sampai di sekolahku. Ibu pun masuk ke ruang rapat, aku dan teman - teman menuju kelas, belajar seperti biasa. Saat masuk kelas, aku melihat Riry dengan muka sedih.
"Hai, Ri! Kenapa wajah mu kusut seperti ini?" tanyaku.
"Mel, orangtuaku tidak datang. Aku tidak sempat bicara dengan mereka. Semalam, mereka tidak pulang ke rumah hingga pagi ini, yang aku temukan hanya pembantuku, bi Tina." katanya, dengan mata berkaca-kaca.
"Pagiii anak-anak!" tiba-tiba bu Via masuk kekelas ku.
"Selamat pagii buuuu" jawab anak-anak serempak.
"Buka buku kalian masing-masing ya!" pinta bu Via.
Pelajaran pun berlangsung. Semua murid-murid mengikuti pelajaran dengan baik.
1 jam, 2 jam pun berlalu. Bel berbunyi tanda istirahat. Para orangtua murid pun keluar satu persatu dari ruang rapat.
"Ibu, rapat apa tadi?" tanyaku.
"Nanti saja, ibu akan ceritakan dirumah!" kata ibu.
Ibu pun pulang. Aku dan Riry pun kekantin.
"Mel, enak ya orangtua mu perhatian!" kata Riry sambil memandangiku.
"Orangtuamu juga baik kok Ri." kataku, sambil tersenyum.
Riry hanya bisa membalas dengan senyuman. Kami pun makan dikantin.
Tak lama, bel pun berbunyi tanda jam pelajaran berikutnya akan dimulai. Aku dan Riry, buru-buru masuk ke kelas. Pak Sastro pun datang ke kelasku, tapi aneh, sekarangkan bukan pelajaran Pak Satro.
"Anak-anak, karena guru-guru mengadakan rapat. Kalian diperbolehkan pulang." katanya
"Yeeeeeeeee," teriak teman-temanku.
Seluruh anak murid pun satu persatu keluar dari kelasnya masing-masing, termasuk aku dan Riry. Diperjalanan, Sary hanya diam saja tidak seperti biasanya.
"Ri, kamu kenapa?" tanyaku
"Aku nggak kenapa-napa kok Mel." Ujarnya dengan suara pelan.
"Tapi, kok kamu diam saja dari tadi?" tanyaku lagi.
Tiba-tiba, Riry terjatuh dan tak sadarkan diri. Para pejalan kaki pun membantuku, membawa Riry ke rumahnya.
"riii, bangun rii!" pintaku.
Aku khawatir sekali. Saat sampai di rumahnya, aku langsung menelepon orangtuanya.
"Halo." terdengar suara dari seberang telepon.
"Halo, tante ini Melly. Tan cepat pulang ya, Sary pingsan!" kataku kepada ibunya.
"Pingsan? Baik, tante akan segera pulang Melly. Tolong jaga Sary sebentar ya!" pinta ibunya kepadaku.
"Iya." kataku sambil menutup telepon.
Tak lama kemudian, ibu dan ayah Sary, sampai di rumah.
"Mana Riry, Mel?" tanya ibunya panik.
Saat melihat Riry terbaring lemah, ibu dan ayahnya menangis.
"Maafkan ibu dan ayah Sary, selama ini kami tidak memperhatikan mu, nak!" kata ibunya sambil menangis.
Tiba-tiba, Riry sadar.
"Tidak apa-apa bu, yah, kalian tidak perlu meminta maaf. Karena, aku sudah memaafkan kalian" jawabnya.
"Kami berjanji Riry, akan lebih besar memperhatikanmu, dibandingkan pekerjaan kami." kata ayah Sary.
Sary pun tersenyum
"Terimakasih Melly, kamu sudah membantu Sary selama kami tidak ada untuknya!" kata ibunya hingga mengeluarkan air mata.
"Sama-sama tante, om" kataku sambil tersenyum.
*****
Semenjak kejadin itu, Riry, ibu, dan ayahnya. Kembali bersatu seperti dulu lagi.
SELESAI :)





0 comments:
Posting Komentar